Waduh, Siswa Diskusi Saat Ujian...

Selasa, 26 April 2011
Beragam praktik kecurangan masih terus mewarnai pelaksaan ujian nasional (UN) di Tanah Air. Di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, misalnya, kecurangan tak hanya dilakukan dengan cara saling contek antarpeserta, tapi juga peserta saling berdiskusi di tengah ujian yang sedang berlangsung. Anehnya wartawan yang meliput jalannya ujian secara diam-diam malah mendapat pengawalan petugas.
Jika di sekolah lain para siswa tanpa malu-malu saling contek dengan sesama peserta, membuka SMS, hingga membuka "pelampung" alias catatan kecil, di SMP Negeri 6 Polewali para siswa malah saling berdiskusi di tengah ujian. Bolak-balik ke kiri, ke kanan, depan, dan belakang pun jadi pemandangan di tengah ujian. Maka jadilah arena diskusi tanpa moderator di tengah ujian.
Anehnya praktik ini berlangsung di depan mata pengawas ujian. Meski para pengawas ujian diberi hak veto untuk menindak siapa pun peserta ujian yang kedapatan berbuat curang, termasuk berhak melarang siapa pun masuk ruangan selama ujian berlangsung, kebanyakan pengawas memilih menjadi pengawas yang pasif.
Para pengawas memang telah mengimbau setiap peserta untuk tidak melakukan beragam praktik curang yang bisa menodai pelaksanaan ujian. Namun, peraturan dan pengawasan ketat tak membuat para siswa kehilangan akal untuk berbuat curang. Sejumlah guru di Polewali menyebutkan kesenjangan pendidikan kota-desa yang mencolok tentu sulit untuk mengukur kualitas pendidikan nasional secara merata.
Hingga hari ketiga, dari 6.439 peserta ujian yang terdaftar, terdapat 87 peserta yang tidak ikut ujian. Sebagian mereka beralasan sakit tanpa pemberitahuan dan menikah dini sebelum ujian digelar.

SUMBER : http://edukasi.kompas.com

Juara Kelas, Tiga Tahun Tak Lulus UN...

Seorang siswa di SMA Muhammadiyah 1 Kali Rejo, Kabupaten Lampung Tengah, tiga kali tidak lulus ujian nasional (UN). Padahal, siswa tersebut, Nur Hidayatusholihah, selalu menjadi juara kelas di setiap tahunnya.
Tiga kali tidak lulus UN, padahal dia selalu menjadi juara kelas. Dia ingin membuktikan, dirinya bisa lulus dengan rasa kejujurannya.
-- Slamet Nur A Efendy
Nur Hidayatusholihah, yang akrab disapa Nunung, sampai dengan tahun 2011 telah mengikuti UN untuk keempat kalinya. Ia terpaksa berkali-kali mengikuti UN karena nilainya pada pelajaran Matematika kurang. Sebaliknya, Nunung enggan menggunakan kunci jawaban yang selalu diberikan guru satu hari menjelang UN.
"Tiga kali tidak lulus UN, padahal dia selalu menjadi juara kelas. Dia ingin membuktikan, dirinya bisa lulus dengan rasa kejujurannya. Dia menolak menggunakan jawaban yang diberikan guru beberapa hari sebelum UN," kata ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah Slamet Nur Achmad Effendy kepada Kompas.com, Senin (25/4/2011) di Jakarta.
Slamet melanjutkan, orangtua Nunung sempat beberapa kali menyarankan agar anaknya mengikuti ujian paket C. Namun, Nunung menolak.
"Kadang Nunung mengaku kesal, yetapi memang sengaja, dia ingin lulus dengan jujur," lanjut Slamet.
Menurut Slamet, para guru di SMA Muhammdadiyah 1 Kali Rejo, Lampung Tengah, sengaja membagikan kunci jawaban demi memudahkan kelulusan siswa. Mereka ingin menjaga nama baik sekolah. Ironisnya, Nunung selalu menjadi satu-satunya siswa yang tidak lulus UN, setidaknya dalam tiga tahun terakhir ini.
"Kunci jawaban diberikan oleh guru, oleh tim, dan terorganisasi. Setelah ditanya, para guru beranggapan jika ada siswa yang tidak lulus, akan mencoreng nama baik sekolah. Nunung menjadi satu-satunya siswa yang tak lulus," ungkap Slamet.
Terkait hal itu, kata Slamet, pihaknya ingin melakukan investigasi ke beberapa dinas pendidikan. Kecurangan tersebut dinilainya sangat sistematis, yang membuat siswa merasa sangat santai karena belajar ataupun tidak, mereka tetap akan lulus.
"Jawaban sudah diberikan sebelum UN. Kami mendapat informasi, semua itu berdasarkan instruksi dari Dinas Pendidikan Lampung Tengah," tuturnya.
Slamet mengungkapkan, data tersebut akan disampaikan ke sejumlah media, termasuk kepada Menteri Pendidikan Nasional.
"Ini hanya contoh kecil, dan saya kira ini terjadi di banyak sekolah. Saya juga kaget, SMA Muhammadiyah seperti itu," ungkap Slamet.

SUMBER : http://edukasi.kompas.com

Toleransi akan Dimasukkan dalam Materi Pendidikan

Senin, 25 April 2011
Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menyatakan masalah toleransi akan dimasukkan dalam materi pendidikan di Indonesia guna menyikapi isu radikalisme yang kini berkembang pada generasi muda.

"Pendidikan memiliki kesempatan yang besar dalam mengembangkan rasa toleransi untuk mencegah isu radikalisme, sehingga kami akan mengembangkan konsep tersebut dalam pendidikan sekolah," katanya di sela-sela melakukan inspeksi mendadak ujian nasional di sejumlah sekolah menengah pertama di Kota Yogyakarta, Senin (25/4).

Menurut dia, tanggung jawab untuk melindungi generasi muda dari pengaruh buruk isu radikalisme tidak hanya menjadi kewajiban bagi institusi pendidikan saja, tetapi juga masyarakat.

Namun demikian, lanjut dia, tidak dipungkiri jika pendidikan menjadi garda depan dalam membentuk karakter generasi muda untuk mewujudkan toleransi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Apalagi, saat ini hampir 100% masyarakat Indonesia sudah mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD), sehingga pemberian materi

toleransi ini bisa efektif dilakukan melalui pendidikan," katanya.

Untuk bisa memberikan materi toleransi dalam kehidupan masyarakat, lanjut dia, maka guru atau pendidik di sekolah harus terlebih dulu dilatih untuk bisa memiliki rasa toleransi tersebut sebelum menerapkan konsep pembelajaran tersebut kepada siswa.

Sementara itu, saat ditanya mengenai isu radikalisme di kalangan mahasiswa dengan terkuaknya kasus perekrutan anggota Negara Islam Indonesia (NII), Nuh mengatakan tidak akan memberikan imbauan khusus. "Tidak akan ada imbauan, tetapi yang kini penting dilakukan adalah terus membangun karakter bangsa." (Ant/OL-13)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Dirjen Pendidikan Islam: Pihak Asing Jangan Curigai Kurikulum Pendidikan Islam Indonesia


Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Ali meminta kalangan asing jangan mencurigai kurikulum pendidikan di lembaga pendidikan Islam di Indonesia karena materinya sudah sangat baik. "Seluruh materi yang disusun dan dimasukkan sebagai kurikulum pada lembaga Islam sudah sejalan dengan pembangunan karakter bangsa. Tidak ada yang menyimpang dari prinsip ajaran agama yang membawa kedamaian bagi seluruh umat," kata Muhammad Ali saat memantau pelaksanaan ujian nasional di Surabaya, Senin.

Ia meminta jangan mencurigai kurikulum bermuatan ajaran kekerasan karena radikalisme sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang "rahmatan lil alamin". Dirjen merasa penting memberi penegasan itu terkait adanya penilaian dari pemerhati pendidikan asing.

Kalangan asing, kata Ali, menyebut jika ada tindakan kekerasan pihaknya dituding memasukan muatan ajaran kekerasan dalam kurikulum pendidikan Islam. Ia mengakui belakangan ini ada pemberitaan di media massa yang menyebut alumni dari perguruan tinggi Islam terlibat dalam aksi teror, melakukan tindakan kekerasan dan mampu merakit bom.

Orang tersebut lalu dikaitkan dengan latar belakang pendidikannya kemudian diberi label yang bersangkutan berasal dari lembaga pendidikan Islam, katanya. "Pandangan dan pemberian label seperti itu sungguh kejam," katanya.

Ia berharap semua pihak dapat memberi pencerahan kepada publik bahwa pendidikan Islam yang diajarkan di Indonesia adalah membawa kedamaian bagi seluruh umat. Dirjen juga berharap kasus penculikan dan pencucian otak yang dilakukan di luar kegiatan kampus tidak dikaitkan dengan eksistensi perguruan tinggi Islam.

Pihak kampus sudah memberikan materi pembelajaran yang terbaik bagi anak didik dan oleh karena itu jangan menilai bahwa peristiwa cuci otak dan radikalisme lalu dikaitkan dengan kurikulum sekolah atau perguruan tinggi Islam, katanya.

Ia mengundang pihak-pihak yang menaruh curiga bahwa kurikulum di institusi pendidikan Islam tak sesuai dengan asas kedamaian dapat mengunjungi lembaga bersangkutan. "Semua bisa melihat sebagaimana adanya," katanya.
Redaktur: Krisman Purwoko
Sumber: antara
               http://www.republika.co.id

Mendiknas: Kecurangan UN Berkurang

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh meninjau pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SMP hari pertama, Senin (25/4/2011) di SMPN 5 Yogyakarta. Mendiknas memastikan semua proses penyelenggaraan sesuai prosedur.
Kementerian tidak akan diam, tetapi mengecek langsung di lapangan. Kami verifikasi laporan itu benar atau tidak.
-- Mohammad Nuh
Selain memantau pelaksanaan UN di SMPN 5 Yogyakarta, Mendiknas juga meninjau pelaksanaan UN di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan SMP Maarif. Mendiknas didampingi Kepala Disdikpora Provinsi DIY Baskoro Aji.
Mendiknas menyatakan, kasus kecurangan dalam pelaksanaan UN tingkat SMA turun dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya jumlah pengaduan.
"Untuk UN SMA pelaksanaanya lebih bagus dan ukuran untuk menentukan itu sangat banyak, salah satunya jumlah laporan masyarakat di media elektronik, SMS, atau apa saja. Tahun lalu ada 877 laporan yang masuk, tahun ini cuma 87 sehingga jauh berkurang," ujar Nuh di Yogyakarta, Senin.
Mendiknas menambahkan, setiap ada pengaduan, pihaknya akan mengecek sekaligus melakukan verifikasi di lapangan untuk memastikan kebenarannya.
"Kementerian tidak akan diam, tetapi mengecek langsung di lapangan. Kami verifikasi laporan itu benar atau tidak," katanya.
Sementara itu, untuk mengurangi kecurangan pada pelaksanaan UN SMP tahun ini, Kemdiknas mengambil kebijakan melalui model pembagian soal UN menjadi lima paket soal.
Dengan lima paket soal itu, kata Nuh, dalam satu kelas yang terdiri atas 20 siswa dibuat satu bentuk soal yan akan dikerjakan oleh empat anak secara acak. Posisi duduk siswa juga tidak dibuat berjejer sesuai soal, tetapi secara acak.
"Dengan mekanisme ini, posisi soal yang sama berada pada jarak terjauh sehingga sangat susah untuk melakukan kecurangan karena harus melewati dua meja, termasuk dijaga oleh dua pengawas. Bahkan, beberapa sekolah memasang CCTV," kata Nuh.

sumber : http://edukasi.kompas.com

Tim Antisipasi Kekurangan Naskah UN


Tim Pengawas dari Universitas Lampung mengantisipasi kekurangan naskah soal dalam Ujian  Nasional (UN) SMP/MTs yang berlangsung mulai hari ini.
Ketua Pengawas Unila, Dr. Budi Kustoro, yang bertanggung jawab terhadap distribusi soal mengatakan untuk mengantisipasi kekurangan naskah soal maupun Lembar Jawaban Komputer (LJK), ada satu orang petugas dari percetakan yang mengawasi naskah soal.
Sehingga, saat ada kekurangan soal bisa langsung dikirim. “Namun , kalau kekurangan kasuistik, artinya kurangnya hanya sedikit, bisa difotokopi pada saat pelaksanaan ujian,” kata Budi Kustoro, minggu (24-4)
Budi menjelaskan ada dua kekurangan soal, yakni kasuistik dan kekurangan naskah. Kasuistik artinya di amplop soal tetulis 17 naskah, tapi setelah dibuka hanya 15 naskah  Sedangkan kekurangan naskah, jumlah naskah yang dikirim tidak sesuai dengan jumlah siswa yang mengikuti “Namun hal itu kemungkinan nya kecil, karena untuk SMP, di setiap amplop naskah soal ditulis sekolah yang menerima naskah tersebut,” ujarnya.
UN SMP di Lampung akan diikuti 126.718dan akan berlangsung mulai hari ini sampai kamis mendatang. Untuk mengantisipasi kebocoran soal, Kepala Dinas Pendidikan Lampung Tauhidi mengatakan naskah soal didistribusikan H-1 sebelum pelaksanaan UN. “Sangat kecil kemungkinan bocor,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Lampung Abdurrahman. Menurut dia, distribusi soal kedaerah terpencil dilakukan menjelang UN. “Selain itu kita mengadakan pengawasan silang untuk memperkecil kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya
Secara terpisah, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Se-Bandar Lampung, Haryanto, mengingatkan peserta UN agar tidak terpengaruh maraknya peredaran kunci jawaban. “Kita harus menanamkan rasa percaya diri kepada anak agar mereka mampu mengikuti ujian nasional tanpa bantuan siapapun,” ujarnya

Kabupaten/Kota
Peserta
Bandar Lampung
15.014
Metro
3.203
Lampung Tengah
19.149
Lampung Utara
10.818
Lampung Barat
6.557
Tulangbawang
5.611
Tanggamus
8.840
Lampung Timur
15.457
Lampung Selatan
14.903
Way Kanan
6.773
Pesawaran
6.411
Pringsewu
7.250
Tuba Barat
4.088
Mesuji
2.644
JUMLAH                             126.718